|
Bakar Sampah Dengan Incenerator [dok_Asrul] |
Sampah
memang unik. Mengapa? Karena dengan sampah kita bersahabat dan dengan sampah
pula kita bisa berseteru. Demikian pula dengan kebiasaan membakar sampah yang
masih menjadi kebiasaan banyak orang. Selain cepat, cara ini juga dianggap hemat
untuk mengurangi sampah atau benda yang ingin dihilangkan. Padahal cara
tersebut memiliki sejumlah bahaya bagi manusia maupun lingkungan.
Tentunya, masyarakat sudah sering melihat adanya
asap yang membumbung hasil dari pembakaran sampah. Entah itu di lingkungan
rumah warga atau di pekarangan sendiri, maupun di Tempat Pembuangan sampah
Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan sampah Ahir (TPA). Sampah yang dibakar
dapat berupa apa pun, mulai dari plastik, sampah rumah tangga, atau kayu. Mudah
dan cepat. Selain itu, orang-orang juga berpikir bekas pembakaran dapat
dijadikan pupuk alami.
Namun, pembakaran sampah bukanlah hal yang
sepele. Meski banyak orang memilih langkah ini, cara tersebut nyatanya sama
sekali bukan hal yang benar. Tak hanya menghasilkan kabut asap yang bisa
mengurangi jarak pandang dan kenyamanan, membakar sampah juga memiliki dampak
yang sangat buruk untuk lingkungan dan kesehatan.
Gas Karbon Monoksida Hasil Bakar Sampah
Salah satu dampak buruknya ialah gas karbon
monoksida (CO) yang dihasilkan dari proses tersebut. Kenapa gas ini berbahaya?
Karena, karbon monoksida bisa membunuh orang secara massal. gas akan berikatan
sangat kuat dengan hemoglobin darah yang seharusnya mengangkut dan mengedarkan
okigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, jalannya hemoglobin akan terganggu lalu
tubuh akan kekurangan oksigen dan mengakibatkan kematian.
Berbagai sampah plastik yang dibakar pun dapat
membebaskan senyawa kimia dioksin dan klorin. Semua penyawa beracun tersebut
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menyebabkan kanker. Dioksin sendiri
bersifat terus menerus dan terakumulasi secara biologis. Selain itu, fosgen,
gas beracun yang pernah digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang
Dunia 1, juga bisa dihasilkan.
|
Bakar Sampah di TPA [dok_Asrul] |
Sementara untuk sampah yang mengandung klorin, 75
jenis zat beracun lain dapat tercipta. Begitu juga dengan HCL yang korosif,
hidrokarbon, dan benzopirena, bahkan pembakaran sampah memiliki benzopirena 350
kali lebih besar dari asap rokok. Bahan sintetis yang mengandung nitrogen,
seperti nilon atau busa poliuretan, dapat menghasilkan senyawa berbahaya lain.
Bila dibakar dengan suhu di atas 600 derajat Celcius, bahan ini dapat
mengeluarkan gas beracun HCN. Sebaliknya, jika kurang dari suhu tersebut,
senyawa yang mucul ialah isosianat.
Asap dari kayu yang dibakar pun dapat berbahaya
karena adanya formaldehida. Barang melamin juga bisa menghasilkan senyawa ini
seandainya dibakar dengan suplai oksigen yang banyak dan jika kurang, gas
HCN-lah yang akan lahir. Masih banyak racun lain yang mungkin ditimbulkan oleh
pembakaaran sampah, bahkan partikel debu kecil yang disebut dengan particulate
matter (PM) hingga mencapai level 10 mikron (PM10) salah satu di
antaranya. Dengan tingkat yang seperti itu, alat pernapasan manusia tidak
sanggup menyaring partikel itu sehingga bisa masuk ke dalam paru-paru dan
menimbulkan gangguan pernapasan.
Semua racun ini akan disebar ke atmosphere
lalu dihirup secara terus menerus oleh semua mahkluk hidup. Tak hanya itu,
racun tersebut juga akan mengendap dalam tanah dan akhirnya bisa memasuki
rantai makanan. Dampaknya mungkin tak langsung terlihat, tetapi berbagai zat
beracun itu bisa saja sudah mulai memengaruhi tubuh yang akhirnya menimbulkan
suatu penyakit. Jadi, haruskah kita mengatasi sampah dengan cara yang justru
membahayakan kelangsungan hidup diri sendiri dan generasi masa depan?
Berikut ini fakta
berbahaya dari aktivitas membakar sampah:
- Pada umumnya, terutama
sampah dari rumah dibakar secara serampangan. Kegiatan ini akan
menghasilkan karbomonoksida (CO) yang bila terhirup manusia dapat
mengganggu fungsi kerja hemoglobin (sel darah merah) yang semestinya
mengangkut dan mengedarkan oksigen (O2) ke seluruh tubuh. Kekurangan
O2 ini bisa menimbulkan kematian. Sebagai gambaran kasar, satu ton sampah
yang dibakar akan berpotensi menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg.
- Asap dari pembakaran sampah
plastik akan menghasilkan senyawa kimia dioksin atau zat yang bisa
digunakan sebagai herbisida (racun tumbuhan). Selain itu, proses tersebut
juga dapat menghasilkan fosgen atau gas beracun berbahaya yang pernah
digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia pertama.
- Hasil pembakaran sampah yang
mengandung klorin dapat menghasilkan 75 jenis zat beracun lain.
- Asap dari pembakaran sampah
mengandung benzopirena (gas beracun penyerang jantung) sebanyak 350 kali.
Zat ini ditengarai sebagai biang keladi penyebab kanker dan hidrokarbon
berbahaya (seperti asam cuka) penyebab iritasi.
- Membakar kayu juga dapat
menghasilkan senyawa yang mengakibatkan kanker. Sedangkan melamin dapat
menghasilkan formaldehida (formalin) bila dibakar dengan suplai
oksigen yang banyak atau HCN (asam sianida) bila kurang oksigen.
- Pembakaran sampah di area terbuka
dapat menghasilkan partikel debu halus atau Particulate Matter (PM)
yang mencapai level PM 10 (10 mikron). Dengan tingkatan tersebut, zat ini
tidak dapat disaring oleh alat pernapasan manusia, sehingga bisa masuk ke
paru-paru dan mengakibatkan gangguan pernapasan.
- Pembakaran sampah dapat
menyebabkan kabut asap yang tebal dan mengurangi jarak pandang dan
kenyamanan di lingkungan tempat tinggal. Yang lebih parah, bisa memicu
terjadinya kebakaran dengan skala lebih besar. Kita tentu masih ingat
terjadinya kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang menyebabkan
kapal laut menabrak tebing dan menghentikan aktivitas penerbangan
komersial di beberapa bandara.
Oleh karena
itu, marilah kita mengelola limbah rumah tangga secara bijak, agar tidak
membahayakan manusia dan selalu menjaga kenyamanan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri sumbang Saran Untuk Indonesia Hijau, Terima kasih atas Kunjungan dan Komentarnya, Sukses untuk Anda...Salam Hijau Indonesia.