Dengan :
Pemanfaatan Teknologi Komposter Bio Phoskko dan Bio Reaktor Mini (BRM)
Melalui :
Model Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK)
Pada 50 Titik/ Lokasi Percontohan di Kota Bandung dan Kota Cimahi
Mengenalkan dan Mengajarkan Reduksi dan Daur Ulang Sampah ( Reduce & Recycle) Di Masyarakat
Diajukan Oleh:
Posko Hijau
1.1. Latar Belakang
Akibat longsornya timbunan sampah di TPA Leuwigajah 21 Februari 2005 lalu- yang telah merenggut banyak korban, menyebabkan timbulnya permasalahan lain bagi masyarakat Kota/ Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Setidaknya aliran sebagian besar sampah di tiga kota tersebut tersendat, dan makin banyak penumpukkan di beberapa sumber sampah atau TPS, yang membuat aroma tidak sedap bagi lingkungan sekitarnya. Bahkan, sampah kota yang diproduksi setiap hari, baik dari sumber rumah tangga (60%), pasar (20%), rumah makan, restoran dan area lainnya (10 %) menimbulkan polusi udara atau pencemaran air yang dapat mengganggu kehidupan warga kota sendiri.
Berdasarkan data UPTD Kebersihan Kota Cimahi dan Kantor Pengaturan TPA PD Kebersihan Kota Bandung, sampah yang dibuang ke TPA Leuwigajah dari Kota Bandung setiap harinya 2.700 m3, dari Kabupaten Bandung 700 m3, dan dari Kota Cimahi 400 m3. Jika total sampah dihitung dalam setahun, maka mencapai angka 1.387.000 m3.
Khususnya di Kota Bandung, armada (truk) pengangkutan sampah yang masih bisa dioperasionalkan PD Kebersihan hanya 77 truk. Dengan keterbatasan ini menyebabkan dari total produksi sampah 7.500 m3/hari masih menyisakan sekitar 35%nya (+ 2.500 m3/hari) yang tidak dapat diangkut baik ke TPA Leuwigajah atau TPA Jelekong. Sudah dapat dipastikan, sisa sampah yang tidak terangkut menumpuk lebih lama di TPS atau di lokasi-lokasi tertentu diluar itu. Upaya pemerintah untuk mencari TPA pengganti sampai saat ini masih mengalami kesulitan.
Sampah kota, sebenarnya tidak selalu menjadi sumber masalah apabila dikelola dengan baik. Jumlah sampah kota yang semakin besar seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, bahkan dapat menjadi sumber ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat kota. Sampah organik, misalnya, potensi ekonomis pengolahan sampah ini, yaitu dapat dikelola dengan mudah menjadi kompos dengan pemanfaatan teknologi sederhana komposter pada rumah tangga, RT, RW maupun skala komunal setingkat lingkungan RW atau pelayanan bagi 500-1000 rumah tangga.
Model pengelolaan sampah skala ekonomis tersebut yaitu pendirian suatu Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) yang menggunakan 14 unit Bio Reaktor Mini (BRM) - untuk tujuan REDUKSI SAMPAH atau 5 unit Komposter type Rotary Klin @ kapasitas + 5 m3/ unit/5 hari). Setelah 5-7 hari, hasil dekomposisi siap diolah lebih lanjut ataupun dibuang ke TPA ( hanya 20 %- 40 % dari volume sampah semula).
Akan tetapi, penanganan dan pengelolaan sampah kota dengan berbagai pendekatan, akan menghadapi kendala apabila tidak dibarengi dengan adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat. Oleh karena itu, pula perlu dilakukan upaya-upaya penyadaran mulai dari rumah tangga, lingkungan RT dan masyarakat di lingkungan RW. Yaitu melalui kampanye-kampanye secara masif, penyebaran informasi tentang jenis-jenis, manfaat dan dampak sampah bagi kesehatan diri dan lingkungan.
Upaya pendidikan dan pelatihan pun perlu dilakukan, yaitu untuk mencetak kader-kader relawan/ tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan dan keahlian secara teknis tentang tatacara pengolahan sampah organik dengan pemanfaatan teknologi pada lingkungan setingkat RW. Kader ini juga diharapkan memiliki kemampuan mengelola sampah organik skala ekonomis melalui pengemasan dan pemasaran kompos dari setiap IPSK.
Mencermati adanya permasalahan sampah di atas, sejumlah organisasi yang memiliki keprihatinan dan kepedulian, pada tanggal 30 April 2005 memprakarsai adanya konsorsium dalam bentuk organisasi nirlaba membentuk Gerakan Darurat Penanganan Sampah Kota atau disingkat GDPSK. Gerakan ini merupakan inisiatif masyarakat dan berupaya memberi solusi serta membangun partisipasi juga meningkatkan kesadaran masyarakat, pada program “Pengelolaan Sampah Kota Skala Ekonomis Berbasis Masyarakat” dengan “Pemanfaatan Teknologi Komposter dan Bio Reaktor” melalui “Model Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) Pada 50 Titik/ Lokasi Percontohan di Kota dan Kabupaten Bandung serta Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat”.
1.2. Judul Program
Sebagaimana upaya yang ingin dilakukan GDPSK, maka program inipun diberi judul “Pengelolaan Sampah Kota Skala Ekonomis Berbasis Komunitas” melalui “Pemanfaatan Teknologi Sederhana Komposter dan Bio Reaktor ” dengan “Model Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) Pada 50 Titik/ Lokasi Percontohan di Kota Bandung dan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat”.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakan program pengelolaan sampah kota skala ekonomis berbasis masyarakat adalah untuk memberi alternatif dalam penanganan masalah sampah di perkotaan khususnya di Kota Bandung dan Kota Cimahi yang telah mencapai titik kritis dengan tidak dimilikinya TPA akibat terjadinya bencana di TPA Leuwigajah. Sehingga dengan program ini diharapkan dapat menurunkan dan mencegah kerusakan lingkungan lebih parah lagi, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya penanganan sampah kota bagi penciptaan sumber-sumber pendapatan ekonomi masyarakat, dan pada gilirannya program ini dapat menjawab permasalahan sebagai berikut :
a. Terjadinya penumpukan sampah dari sumber-sumber sampah di lingkungan masyarakat setingkat RW di Kota Bandung dan Cimahi.
b. Terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup (pencemaran udara dan air)
c. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan sampah kota di tingkat lingkungan RW, dan manfaatnya bagi peningkatan ekonomi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan program ini, adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang permasalahan sampah di perkotaan melalui kampanye secara massif, dan menumbuhkan kesadaran pentingnya penanganan terhadap sampah kota dengan pemanfaatan teknologi sederhana Komposter dan Bio Reaktor Mini.
b. Menciptakan sumber ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat kota melalui pengelolaan sampah dari sumber retribusi masyarakat, penjualan kompos ( amilioran) dan penjualan barang bahan daur ulang ( plastik, logam) pada skala ekonomis di lingkungan masyarakat (lingkungan setingkat RW) dengan pendirian Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) yang terdiri dari 14-21 unit Bio Reaktor type L atau 5 unit Rotary Klin/ IPSK di 50 titik/ lokasi percontohan.
Pelatihan Mengelola Sampah Kota di Kec Margacinta
Hasil dari pelaksanaan program pengelolaan sampah kota skala ekonomis berbasis masyarakat di Kota Bandung dan Kota Cimahi, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Pemerintah dapat dijadikan masukan/acuan dalam pengambilan kebijakan sektor lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat.
b. Bagi masyarakat pengambil manfaat, dapat dijadikan sebagai kegiatan produktif untuk menyelamatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan pendapatan ekonomi.
c. Mendorong masyarakat kota untuk lebih memiliki kesadaran akan bahayanya membuang sampah, dan mendorong adanya paradigma baru ‘mengelola’ sampah.
d. Kebersihan lingkungan dan ekonomi masyarakat kota menjadi lebih baik.
Presentasi Ke-3 Pada Walikota Bandung di BappedaII. RUANG LINGKUP PROGRAM
Ruang lingkup program pengelolaan sampah kota skala ekonomis berbasis masyarakat di Kota Bandung dan Kota Cimahi, adalah :
1. Kampanye, adalah upaya penyebaran informasi seputar masalah persampahan, serta sosialisasi tentang tatacara pemanfaatan dan pengelolaan sampah kota kepada masyarakat.
Kampanye akan dan sudah dilakukan melalui sosialisasi dan tatap muka langsung maupun melalui radio dan TV serta penyebaran stiker, brosur, poster kepada masyarakat dan pemasangan spanduk-spanduk di lokasi strategis.
2. Pendirian ‘Percontohan’ Model IPSK dan Pendampingan, adalah upaya mengimplementasikan proses pengolahan sampah organik skala ekonomis di lingkungan masyarakat setingkat RW dengan pendirian model Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) serta pendampingannya selama 1 (satu) bulan efektif.
Penyuluhan Pada Kelp Masyarakat Ibu Rumah Tangga Penghasil Sampah
Model Instalasi/IPSK yang berada di lingkungan RW tersebut, akan didirikan pada 50 titik/ likasi yang tersebar di Kota Bandung, kabupaten Bandung dan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat, yang sampai saat ini bulan Januari 2006 baru terbangun di 20 lokasi.
3. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), adalah upaya mendidik dan melatih kader relawan yang diperlukan untuk menjelaskan dan mendampingi masyarakat masalah pemanfaatan teknologi tepat guna pengolahan sampah kota skala ekonomis di lokasi IPSK.
Diklat akan dilakukan sebanyak 10 kali (@ 25 orang), untuk menghasilkan 250 kader relawan/ tenaga pendamping yang akan ditempatkan pada 50 titik Instalasi/IPSK (@ 5 orang).
Kompos atau amilioran - yang memenuhi standar jumlah, mutu dan lokasi akan dilakukan penjemputan, akan dipasarkan kepada anggota outlet dan instansi pemerintah atau difasilitasi kepada pangsa pasar lainnya yang membutuhkan kompos dan amilioran dalam jumlah besar seperti perusahaan perkebunan swasta/pemerintah, instansi pemerintah sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perusahaan pertambangan bagi kepentingan reklamasi lahan atau langsung kepada petani.
III. TAHAPAN KEGIATAN
1. Pemilihan Lokasi
Pada dasarnya lokasi yang memiliki potensi permasalahan sampah perkotaan khususnya di Kota Bandung dan Kota Cimahi hampir terjadi merata. Akan tetapi, dibeberapa titik sumber sampah di lingkungan RW terdapat wilayah memiliki potensi permasalahan sampah lebih besar. Diantaranya yaitu lokasi yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertentu atau terdapat wilayah yang memiliki komplek-komplek perumahan, pasar dan rumah makan/restoran.
2. Survey Lokasi
Survey lokasi akan dilakukan setelah dirumuskan dalam sebuah kajian/ FGD (Focus Group Discussion) antara tim dan pemerintah di tingkat kelurahan. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan lokasi yang akan dijadikan prioritas dalam program.
Para Camat dan Pejabat Kota Cimahi3. Pelaksanaan Program
a. Kampanye Secara Massif
Kegiatan kampanye akan dimulai dengan penyusunan materi-materi/ isi yang sesuai dengan maksud program. Akan dilakukan beriringan dengan kegiatan pemilihan dan survey lokasi atau berbarengan dengan kegiatan lain dalam penyebaran, pemasangan dan pendistribusiannya.
Para Peserta Diklat Pengelolaan Sampah Ciwastra-MargacintaPendidikan dan pelatihan ditujukan kepada para pemuda/ masyarakat di sekitar lokasi yang dipilih sebagai percontohan. Kegaiatan ini akan dilakukan sebelum pendirin instalasi/IPSK.
Pendirian instalasi percontohan akan dilakukan setelah masyarakat/ kelompok sasaran (Target Group) ditentukan dan kader-kader relawan dilatih. Kegiatan ini juga akan dilakukan setelah masyarakat di sekitar lokasi IPSK diberikan IPSK di 20 Lokasi IPSK, Contoh Lok Cibiru
Pengayakan Memisahkan Kompos dan Plastik, Logam lain
Kegiatan pengemasan bersifat fakultatif, akan dilakukan atas permintaan/ kesepakatan antara masyarakat dengan pihak ketiga lain. Demikian pula dengan pemasaran kompos, paling tidak kegiatan ini akan dilakukan setelah adanya produksi kompos-amilioran dan kerjasama pemasaran dengan pihak penjamin pasar.
Kegiatan evaluasi akan dilakukan secara intensif dan berkala. Kegiatan ini akan mengikutsertakan semua pihak yang terkait dengan program.
Kompos-Amilioran Hasil Masyarakat dipasarkan PTCV. Sinar Kencana
Pelaporan akan dibuat setidaknya dalam tiga bentuk/tahapan, yaitu laporan pendahuluan, laporan perkembangan dan laporan akhir.
IV. Pelaksanaan
Program ini telah dan akan terus dilaksanakan selama 18 bulan (efektif), sejak bulan April 2005 lalu s.d. Oktober 2006 (tentatif) sesuai dengan bentuk dan tahapan kegiatan.
V. Organisasi Pelaksana
Proram ini diprakarsai oleh sejumlah organisasi masyarakat di Jawa Barat yang membentuk GDPSK, sebagai Penanggungjawab Umum. Sedangkan untuk pelaksanaan program dijalankan oleh Tim Pelaksana sebagai Penanggungjawab Harian. Adapun anggota konsorsium terdiri dari Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (APPKMI) Jawa Barat, Asosiasi Konsultan Non-Konstruksi Indonesia (ASKINDO) Jawa Barat, Asosiasi Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (AKU) Jawa Barat, Forum Rukun Warga (RW) Kota Bandung dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Bandung.
VII. Mitra Kerjasama Pembiayaan
Program ini akan dilaksanakan dengan mitra kerjasama pembiayaan, dari :a. Lembaga Swadaya Masyarakat/ NGO, dalam atau luar negeri serta bantuan BUMN.
b. Instansi Pemerintah Provinsi atau Pusat.
Demikian proposal program ini dibuat semoga dapat terselenggara dengan mendapat dukungan dari yang memiliki keprihatinan dan kepedulian terhadap permasalahan sampah kota. Sekilas progress report sampai Januari 2006 sebagai berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri sumbang Saran Untuk Indonesia Hijau, Terima kasih atas Kunjungan dan Komentarnya, Sukses untuk Anda...Salam Hijau Indonesia.