Pendidikan Lingkungan Hidup, Muatan Lokal atau Ektrakurikuler
(Sebagai Masukan Untuk Presiden/Wapres RI 2009-2014)
oleh: H.Asrul Hoesein
Secara geologi Indonesia berada dalam pacific ring of fire, Indonesia rawan terhadap bencana alam sebab, yang berakibat banyaknya gunung berapi. Indonesia juga mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi namun ancamannya juga tinggi yang berakibat ancaman bencana, seperti pemanasan global. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia hendaknya menanamkan pengetahuan tentang konservasi, lingkungan hidup dan mitigasi bencana alam sejak dini, sehingga setiap insan manusia Indonesia tahu bahwa bencana alam dapat terjadi sewaktu-waktu dan bagaimana cara menyikapinya.
Bila bencana terjadi bangsa Indonesia tidak mungkin bersama-sama mengungsi dari negara ini. Bangsa Indonesia tidak ada pilihan untuk selamat selain harus mampu mengelola berkah dan musibah dari bencana alam ini. Kemampuan mengelola bencana adalah prasyarat penting terjaminnya kelangsungan hidup Bangsa dan Negara Indonesia.
Dari latar belakang tersebut, kita semuanya hendaknya menanamkan tentang konservasi, pentingnya menjaga satwa-satwa liar dan memelihara lingkungan serta mitigasi bencana sejak dini. Oleh sebab itu pengetahuan tentang konservasi, flora dan fauna yang terancam punah seta mitigasi bencana sudah saatnya dimasukkan dalam muatan kurikulum mulai tingkat SD, SMP dan SMA. Pembelajaran konservasi, flora dan fauna yang terancam dan lingkungan hidup serta mitigasi bencana hendaknya disampaikan dengan menarik yang melibatkan aspek kognitif (otak, kecerdasan), afektif (perasaan), motorik (gerakan) dan sosial (hubungan antar manusia).
Ada dua cara untuk mengajarkan pendidikan lingkungan dan konservasi serta mitigasi bencana, yaitu metode infusi dan metode block. Metode infisu memadukan muatan dan proses pendidikan lingkungan dengan kurikulum yang ada sedangkan metode block adalah pembelajaran dengan berdiri sendiri.
Ada dua cara dalam pembelajaran metode block ini, yaitu dengan memasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan di luar kurikulum sekokolah. Jika dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, biasanya berupa mata pelajaran muatan lokal (mulok). Dan Jika tidak dimasukkan dalam kurikulum sekolah maka permasalahan konservasi, lingkungan hidup dan mitigasi bencana dimasukkan dalam ektrakurikuler. Alasan memasukkan permasalahan konservasi, lingkungan hidup dan mitigasi bencana ke dalam ektrakurikuler adalah bagi anak sekolah di Indonesia sudah terlalu banyak mata pelajaran yang diajarkan, sehingga jika mata pelajaran tentang peendidikan lingkungan, konservasi dan mitigasi bencana diajarkan dengan mata pelajaran tersendiri menambah beban siswa, sehingga dimasukkan kedalam ektrakurikuler
Kelemahan metode ektrakuriluler adalah tidak semua sekolah akan menerapkannya karena sifatnya tidak wajib dan susah membuat materi tersendiri tentang peendidikan lingkungan, konservasi dan mitigasi bencana.
Untuk itu seharusnya pemerintah memasukkan pembelajaran pendidikan lingkungan dan konservasi serta mitigasi bencana ke dalam bentuk block dengan memasukkannya ke dalam muatan lolak (mulok).
Pembelajaran pendidikan lingkungan, konservasi dan mitigasi bencana sangat diperlukan di era sekarang ini mengingat kerusakan lingkungan sudah meresahkan. Ditambah lagi dengan kedudukan wilayah Indonesia yang rawan terhadap bencana maka penerapan pembelajaran pendidikan lingkungan, konservasi dan mitigasi bencana sangat diperlukan sejak dini dan dimasukkan dalam mata pelajaran muatan local.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri sumbang Saran Untuk Indonesia Hijau, Terima kasih atas Kunjungan dan Komentarnya, Sukses untuk Anda...Salam Hijau Indonesia.